mawar

Kamis, 07 April 2016

CERPEN


AWAL MASUK SEKOLAH


            Pada waktu awal daftar di Sekolah SDN Karangduak Sumenep ada seorang siswa yang bernama Reva, pada waktu  itu si Reva bertemu dengan seseorang yang bernama Bela. Si Reva itu ingin berkenalan dengan si Bela dan Reva pun menanyakan namanya perempuan itu “ ma’af aku boleh kenalan sama kamu gak “ kata si Reva sambil menjulurkan tangannya “ boleh, aku Bela dan kamu siapa “ kata si Bela “ kalau qw Reva “. Dan tak lama kemudian si Reva menanyakan lebih dalam lagi tentang Bela, karena si Reva ingin kenal lebih dalam tentang Bela.

            Keesokan harinya ternyata Reva dengan Bela bersama-sama dalam satu regu dan dia berdua duduk satu bangku. Dalam satu regu itu, Reva mempunyai teman laki-laki yang bernama Azel dan Dio. Beberapa hari kemudian pada waktu pengumuman penentuan kelas, ternyata mereka berempat berkumpul dalam satu kelas, yaitu kelas 1a. Reva dan Bela pun duduk dalam satu bangku lagi sementara si Azel duduk dengan Dio.

            Pada pemilihan pengurus Kelas ternyata mereka berempat menjadi pengurus Kelas. Diantaranya Reva jadi Ketua Kelas, Bela Jadi wakil ketua kelas, sedangkan Azel dan Dio menjadi sekretaris dan Bendahara kelas Mereka berempat tidak nyangka untuk menjadi pengurus kelas di SDN Karangduak Sumenep, karena mereka berempat bukan siapa-siapa.
Mereka berempat selalu kompak dalam melakukan hal apapun yang penting bukan perbuatan yang negatif. Suatu ketika ada tugas kelompok Matematika, dalam satu kelompok terdiri dari empat orang dan mereka berempat pun menjadi satu kelompok. Tugas kelompok ini di suruh membawa peralatan seperti penggaris dan lainnya, pada hari itu meraka berempat tidak ada satupun yang membawa alat itu. Dan mereka bingung mau ngapain. Karena mereka tidak putus asa dan tidak mau menyerah merekapun menemukan Peralatan itu, meskipun meminjam punya sekolah.


            Pada suatu hari, pada pelajaran Bahasa Indonesia. Reva dengan Bela bergurau di dalam kelas. Mereka saling pukul-pukulan, si Bela berdiri dari bangkunya dan mainannya kelihatan oleh bu guru dan mainannya Bela di minta oleh bu guru. Bela pun tidak memberikan mainannya, karena dia tidak merasa bersalah / main mainan itu, lalu Bela menyalahkan Reva karena bergurau, dan Reva pun menyalahkan Bela, mereka berdua saling menyalahkan. Akhirnya mereka berdua bertengkar adu mulut. Tapi keesokan harinya Reva dan Bela sadar bahwa mereka salah, dan merekapun terus berteman dan bersahabat sampai sekarang. 



PANTANG MENYERAH

Sahabat, cara pandang hidup akan mempengaruhi masa depan seseorang. Karena cara pandang hidup inilah yang akan menjadi cara hidup. Dari cara hidup, akan menentukan cara bersikap. Dan dengan sikap, orang akan menemukan takdirnya. Tidak semua takdir telah tertulis, ada sebagian takdir yang dalam genggaman orang itu sendiri.
Seorang ibu menyuruh seorang anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh rupiah. Kemudian anak itu pergi membeli apa yang diperintahkan ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis, “Ooo… saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!” Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya ia memandang kejadian itu secara negatif dan bersikap pesimis.
Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupiah lagi. Kemudian anaknya pergi. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya tumpah. Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Ia pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata pada ibunya, “Ooo… ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak.” Anak itu tidak bersedih hati, malah ia tampak berbahagia. Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.
Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupiah. Anaknya yang ketiga pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya dengan sangat bahagia. Ia berkata, “Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak.”
Tapi anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang anak yang optimis. Ia juga seorang anak yang realistis. Dia memahami bahwa separuh minyak telah tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan. Maka dengan mantap ia berkata pada ibunya, “Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan lima rupiah untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu.”
Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata yang terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap realistis dan mewujudkannya dalam bentuk KERJA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar